Minggu, 22 Juni 2014

Cerita Sahibul Asrama

Aku termasuk tipe orang yang suka bersosialisasi. Rasanya aku mampu untuk menghabiskan waktu berjam-jam seharian untuk berdiskusi dan bercengkrama dengan teman-teman. Pembicaraannya bisa apa saja, karena topiknya memang bisa kemana aja. Mulai dari membicarakan sesuatu hal yang super serius hingga sesuatu yang tidak penting sama sekali. Mungkin aku termasuk kedalam tipe bangsa Indonesia “sejati”. Bangsa yang memiliki daya tahan yang luar biasa untuk berbicara tentang apa dan dengan siapa saja. Meminjam istilah orang medan, “berkombur”. Mungkin istilah itu adalah yang paling tepat (menurut saya) untuk mendeskripsikan karakter “sejati” bangsa Indonesia yang suka berkombur alias suka ngobrol.
Karena memiliki hobi yang satu ini (bersosialisasi), maka aku sering dan dengan senang hati mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendatangkan banyak orang. Apakah kegiatan yang diadakan oleh suatu wadah perkumpulan (organisasi) maupun acara yang digagas dalam rangka kebersamaan, ya katakanlah acara kumpul-kumpul (reuni) dengan teman-teman seangkatan. Aku merasa gembira bisa berpartisipasi dalam bentuk kegiatan itu. Bersosialisasi dengan sahabat, kawan lama dan bukan mustahil dengan teman baru. Selain itu, saya yakin pasti ada hal-hal positif yang bisa dipelajari dari bentuk interaksi sosial ini.
Meskipun suka bersosialisasi, bukan berarti aku akan melibatkan diri dalam semua bentuk acara. Tentu saja aku harus memilih dan memfilter setiap undangan kegiatan. Aku harus  meyakinkan diri, ada manfaat yang aku peroleh baik kini atau dikemudian hari atau paling tidak kegiatan itu bermanfaat untuk lingkungan sekitar maupun pergaulan. Ketika teman-temanku mengajak touring keluar kota aku sangat bersemangat untuk turut serta, ajakan bermain futsal kuterima dengan riang gembira, atau nonton bola. Namun ketika diajak untuk sekedar nongkrong hanya untuk main truph, main kartu dan sekejenisnya, maka aku akan lebih memilih untuk tinggal dirumah saja. Kalaupun aku ikut, itu hanya sekedar ngopi barang sebentar saja dan biasanya aku pamit untuk pulang lebih duluan daripada kawan-kawan.
Untuk memenuhi kebutuhan bersosialisasi ini, aku tidak hanya menunggu bola, menunggu ajakan teman untuk membuat suatu acara. Tidak jarang juga aku yang aktif dan memprovokasi teman-teman untuk ikut serta dalam suatu kegiatan. Kadang ada yang berhasil, walau tidak sedikit juga acaranya kemudian batal lantaran tidak ada kawan yang mau bergabung dalam kegiatan. Adapun kegiatan yang saya sering aktif untuk menjemput bola adalah kegiatan reunian dengan teman seangkatan, terutama dengan teman-teman seangkatan sewaktu SMA.
Berbicara mengenai teman-teman seangkatan sewaktu SMA, aku memiliki dua istilah yang lebih tepat untuk memanggil mereka. Istilah itu adalah “sahabat dan keluarga”. Kurasa istilah ini tidaklah berlebihan bila kusematkan kepada mereka. Mereka lebih daripada pantas untuk mendapatkan label sebagai “sahabat dan keluarga” bagiku. Betapa tidak, mereka-merekalah yang pada masa itu selalu ada didalam kisah senang-sedih, bahagia-duka, serta menangis-tertawaku. Pada masa-masa itu, aku lebih dekat dengan mereka daripada keluarga. Begitu juga dengan mereka, juga mengalami dan menjalani hal yang sama. Kami adalah anak-anak asrama yang selama 3 tahun menjalani kehidupan secara bersama-sama. Bahkan, salah satu guruku mengatakan 9 tahun lamanya kami bersama. 3 tahun pagi, 3 tahun siang dan 3 tahun malam! Itulah waktu yang mau tidak mau, suka tidak suka harus kami jalani secara bersama-sama.
Sayangnya waktu 3 tahun di asrama adalah waktu yang teramat singkat untuk dilewati. Sebagaimana adanya pertemuan, maka diujungnya juga ada perpisahan. Maka hanya perkara waktu saja yang akan “membenarkan” perpisahan itu. Segera setelah kami tamat dari SMA dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maka di titik itulah perpisahan terjadi. Sebagian teman-teman memilih kuliah di kota Banda Aceh, ada beberapa teman yang belajar ke tanah Jawa, sementara aku dan Yuli/Zia/Ossa memillih untuk “berpetualang” di bumi Sumatera Utara.
Meski tidak bisa lagi menjalani kehidupan secara bersama-sama layaknya anak asrama, bukan berarti hubungan persahabatan dan kekeluargaan kami berhenti disini. Beruntung, kami hidup di zaman teknologi IT sehingga komunikasi tetap terjaga antara satu sama lainnya. Meski tidak lagi seintens dulu, tapi cukuplah itu untuk mengingatkan akan nostalgia dan cerita yang pernah ada. Sekali-kali, tercetus ide untuk sekedar kumpul bersama dan reunian untuk kembali merasakan keakraban.
Setidaknya ada tiga kali aku menggagas dan menggerakkan teman-teman untuk melakukan reunian atau duduk bersama lalu bercerita. kesempatan pertama itu terjadi ketika di masa kuliah. Aku yang kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) memiliki jadwal libur yang lebih cepat daripada teman-teman yang ada di Banda Aceh. Saat itu aku berkesempatan berlibur di Banda Aceh, maka tak ayal aku mendesak teman-teman yang ada di Banda Aceh untuk duduk bersama dan ngopi bersama. Alhamdulillah it worked dan ramai yang datang berkumpul saat itu, sayangnya hanya teman-teman cowok saja yang berkumpul saat itu. Kesempatan kedua terjadi di bulan Januari tahun ini, juga mengambil kota Banda Aceh sebagai lokasinya. Aku yang saat itu ada keperluan seleksi di Banda Aceh, begitu selesai seleksi langsung memborbardir teman-teman seangkatan di SMA yang ada di Banda Aceh untuk duduk dan ngopi bersama. Alhamdulillah it worked juga, kali ini juga rame dan tidak ekslusif untuk teman-teman cowok saja.
         Adapun kesempatan yang ketiga terjadi satu hari yang lalu. Kalau biasanya kami berkumpul di Banda Aceh, maka kali ini sedikit berbeda. Ini sedikit lebih elit dan ekslusif, hehe. Kami memilih kota Jakarta sebagai tempat bertemu. Ide tercetus sejak dua minggu yang lalu, namun karena kesibukan masing-masing akhirnya kami belum bisa bertemu. Di akhir minggu ketiga aku berada di kota Jakarta, barulah pertemuan itu terlaksana, tepatnya di hari Sabtu kemarin.
Meskipun kali ini reuniannya tidak seramai yang biasa, kami hanyalah berlima dari enam orang yang ada di Jakarta, meski demikian cukuplah untuk melepaskan rasa rindu setelah sekian lama tidak bertemu. Bahkan ada diantara kami yang terakhir berjumpa adalah di hari perpisahan kami di SMA, lebih kurang sudah 7 tahun lamanya. Meskipun sudah terpisah selama 7 tahun, hubungan persahabatan dan kekeluargaan kami tetap tidak berubah. Kami langsung saling salam dan peluk sesama ketika berjumpa untuk pertama kalinya. Tanpa ada teks sama sekali, kami kembali membacakan memori, kenangan dan nostalgia lama dengan sangat fasih dan tanpa berkurang sama sekali nilainya. Saling menertawakan kelucuan masa lalu, menirukan gaya guru yang dianggap lucu dan sebagainya. Aku bahagia sekali melewati momen itu. Pikiranku sejenak melayang-melayang kembali ke masa-masa ketika tinggal di Asrama. Ah, hidup di asrama dengan teman-teman seperti mereka sungguh Indah.
Namun, sang waktu jualah yang memisahkan kami kembali. Ari, satu-satunya diantara kami reunian itu yang sudah berkeluarga pamit duluan dan undur diri. Tidak lupa juga Ari secara tersirat mengajak kami berempat untuk berlomba mengikuti jalurnya. Untuk segera berkeluarga, hehe.  Hari pun semakin sore, dan matahari hendak kembali ke peraduannya. Maka segera setelah Ari mengundurkan diri, kami yang lainya juga kembali. Satu hari memanglah teramat singkat untuk bercerita, karenanya kami berencana kembali untuk membuat pertemuan serupa kedepannya. Mudah-mudahan hajat itu kembali terlaksana. Amin.
Untuk menutup cerita, aku tiba-tiba teringat dengan potongan lirik lagu berjudul “doa perpisahan” yang dipopulerkan oleh grup nasyid Brother. Lagu ini sering kami nyanyikan bersama-sama di asrama menjelang pulang kampung dalam rangka libur puasa dan semesteran. Potongan syair nan menyentuh ini yang membuat kami tetap kuat bahwa kami bisa saling mendoakan satu sama lainnya.
Pertemuan kita di suatu hari
Menitiskan ukhwah yang sejati
Bersyukurku ke hadirat Ilahi
Di atas jalinan yang suci
          Namun kini perpisahan yang terjadi
          Dugaan yang menimpa diri
          Bersabarlah diantara suratan
          Ku tetap pergi jua
Kan ku utuskan salam ingatanku
Dalam doa kudusku sepanjang waktu
Ya Allah bantulah hambaMu
Mencari hidayah daripadaMu
Dalam mendidikkan kesabaranku
Ya Allah tabahkan hati hambaMu
Di atas perpisahan ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar