Sabtu, 29 Oktober 2016

Adelaide Metro, Keintegrasian Sistem Transportasi

Untuk keenam kalinya berturut-turut, the Economic Intelligence Unit (EIU) menempatkan kota Adelaide, Australia Selatan sebagai kota hidup terlayak (the most liveable city) no 2 di Australia dan no 5 di dunia. Penghargaan tersebut tentu saja tidak datang begitu saja, kecuali melalui usaha dan kerja keras dari pemerintahan kota serta partisipasi aktif para penduduknya. Dengan penghargaan tersebut, tidak heran, banyak turis lokal dan internasional yang berkunjung ke Adelaide, yang kemudian menjadi salah satu faktor penggerak utama pertumbuhan dan pembangunan kota yang dijuga dikenal sebagai the city of festival ini.

Terdapat banyak kriteria dalam menilai tingkat kelayakan sebuah kota, salah satunya adalah ketersediaan sarana transportasi umum yang handal. Kehandalan adalah sebuah istilah yang menggambarkan komitmen perbaikan berkelanjutan (continues improvement) yang tidak hanya puas dengan predikat “baik”, tetapi selalu merusaha menjadi “lebih baik” (exceeding the expectations). Sarana transportasi yang handal, berarti sarana yang tidak hanya unggul dalam kualitas, tapi juga kualitas. Sarana yang tidak hanya cukup dengan bersih dan aman, tapi juga nyaman, tepat waktu serta terpercaya (reliable).

Di kota Adelaide, terdapat 3 moda transportasi umum utama, yaitu bis umum (bus), kereta listrik (tram), dan kereta (train). Ketiga moda transportasi tersebut merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dan dioperasikan oleh Adelaide Metro, sebuah perusahaan penyedia jasa transportasi milik pemerintah setempat. Melalui sistem keintegrasian ini, hanya dengan membeli satu tiket yang berlaku selama dua jam, para penumpang bisa menikmati layanan tersebut berkali-kali ke berbagai tujuan dan berpindah-pindah dari satu moda ke moda yang lainnya.      

Selain terintegrasi dalam hal pengoperasian ketiga moda tersebut, layanan Adelaide Metro juga dilengkapi dengan manajemen sistem informasi yang membuat para penumpang tidak perlu khawatir akan tersesat atau salah mengambil rute. Sistem ini terhubung dengan aplikasi maps yang memberikan keterangan terkait lokasi dan informasi lainnya. Cukup dengan menggunakan telepon genggam, tablet atau perangkat yang memiliki applikasi maps, penumpang cukup mengetik titik asal dan titik tujuan, maka aplikasi tersebut akan menginformasikan kepada penumpang terkait moda transportasi apa yang harus dipakai, rute yang mana yang harus diambil, berapa titik pemberhentian yang akan dilalui serta informasi tentang waktu tempuh yang diperlukan untuk sampai ke tujuan.

Hal yang paling mengesankan dari sistem manajemen transportasi berbasis informasi dan keintegrasian ini adalah adanya waktu nyata (real time) kedatangan dan keberangkatan layanan Adelaide Metro (baik itu bus, train atau tram). Hebatnya lagi, waktu kedatangan dan keberangkatan layanan yang ditunjukkan dari sistem aplikasi tersebut sangat akurat dan sesuai dengan kenyataannya. Sangat jarang bus/tram/kereta datang terlambat atau lebih cepat dari waktu yang ditunjukkan oleh aplikasi. Kalaupun ada perbedaaan, maka itu hanya dalam hitungan detik saja. Dengan keakuratan dan kehandalan sistem transportasi berbasis manajemen informasi ini, penduduk setempat dapat merencanakan waktu bepergiannya dengan baik tanpa merasa khawatir ketinggalan atau menunggu layananan terlalu lama. Mereka terbiasa merencanakan dan memutuskan dengat tepat kapan waktu terbaik bagi mereka untuk meninggalkan rumah/tempat kerja sebelum menunggu layanan transportasi di halte/stasiun. Sistem seperti ini pada akhirnya mengajarkan masyarakat setempat untuk menjadi perencana yang handal, pengambil keputusan yang tepat dan akurat, yang menjadikan hidup mereka menjadi lebih produktif.


Layanan Adelaide Metro, dengan sistem informasi dan keintegrasiannya adalah satu contoh sukses pengelolaan layanan transportasi yang patut untuk kita tiru. Kesuksesan ini bukan semata-mata karena teknologi, tetapi karena perilaku dan budaya yang baik dari manajemen pengelola, kedisiplinan para sopir, dukungan penuh pemerintah setempat serta partisipasi aktif masyarakat. Kita berharap, suatu hari nanti, contoh baik dari layanan Adelaide Metro ini dapat diterapkan dengan baik pada layanan Trans Kutaraja, Banda Aceh. Tentunya tanpa menghadirkan konflik horizontal dengan abang supir labi-labi yang telah lama menjadi ciri khas kota Banda Aceh. Semoga!