Kira-kira tiga atau empat bulan yang lalu, kala aku mendapati diriku terbaring lemah di pembaringan. Sudah empat hari lamanya, penyakit yang biasa disebut gejala tifus ini mengidap di tubuhku. Kondisi yang menjadikan hampir seluruh “aktivitas normal” ku berantakan. Aku benar-benar tak berdaya dibuatnya, bahkan untuk sekedar melakukan kegiatan personal seperti makan minum dan lainnya aku hampir tak kuasa.
Namun siapa sangka, jikalau
ternyata pada titik seperti itulah aku mampu memahami salah satu bahasa
universal. Bahwa Tuhan, sang maha cinta menurunkan kasih sayang-Nya tidak hanya
dalam bentuk kemudahan dan kenikmatan. Sifat rahman dan rahim-Nya bisa
saja mengambil bentuk lain seperti rasa sakit, ketidakberdayaan, kesusahan,
serta kemalangan. Dengan begitu, kita bisa menyeimbangkan hidup. Bersyukur
dikala mendapatkan kebahagian, bersabar bila dirundung kemalangan serta
kesedihan.
Allah memang berkuasa,
disaat penyakit ini membuatku tidak berdaya, Dia bekerja dengan cara-Nya. Aku
yang biasanya pergi pagi pulang malam, harus mendapati diriku “terkurung” di
ruangan itu saban hari dan malam. Tentu saja perasaan jemu berdatangan, kala
“si bosan” dengan setia menemaniku seharian. Aku masih dapat mengingat, betapa
koleksi lagu-lagu favoritku tak bisa berbuat banyak untuk menormalkan suasana,
bahkan acara televisi yang gencar-gencarnya menyiarkan keberhasilan MU (klub
sepakbola favoritku) merebut titel juara yang ke-20, tak jua mampu mengusir
kebosanan yang melanda. Saat aku hampir menyerah pada keadaan, dengan mulai
menumpahkan kekesalan dan mempertanyakan Tuhan tentang kasih sayang, Lalu Dia
menunjukkan ke-Mahaan-Nya. Dia menuntun hati dan pikiranku, menggerakkan tangan
dan mataku untuk saling berkoordinasi dan mencari bacaan dari koleksi ebook my roommate. Kuperiksa setiap
folder dengan seksama, demi mendapatkan satu bacaan yang mungkin bisa
menginspirasi sekaligus mengusir kejenuhan ini.
The moment of truth, inilah hikmah dibalik semua ini. Aku tersenyum
kala mendapati salah satu judul buku dari koleksi itu. Buku itu memang telah
lama kucari, baik versi cetak maupun
elektronik. Namun sepanjang pencarianku, tak jua buku itu kutemui. Tapi Allah
punya rencana, disaat kondisi lemah tak berdaya, aku malah mendapatkannya tanpa
mengeluarkan banyak tenaga, gratis pula! Mungkin inilah apa yang dalam buku itu
disebut sebagai kemujuran atau keberuntungan pemula.
Sang
Alkemis, demikian buku itu diberi judul. Aku berkenalan dengan buku itu secara
tak sengaja yakni ketika menonton talkshow
di salah satu stasiun televisi swasta. Kebetulan,
pembawa acara mengutip salah satu petikan dari buku itu. “when you want something, all
the universe conspires in helping you to achieve it. Saat kamu menginginkan sesuatu, segenap alam semesta bersatu
untuk membantumu meraihnya”.
Sang Alkemis atau dalam judul aslinya The Alchemist merupakan sebuah novel
karangan Paulo Coelho, seorang penulis berkebangsaan Brazil yang terkenal.
Novel ini menceritakan perjuangan seorang bocah gembala bernama Santiago dalam
mewujudkan legenda pribadi. Legenda pribadi adalah apa yang selalu ingin kita
tunaikan. Setiap orang, saat mereka belia, tahu apa legenda pribadi mereka. Pada
titik kehidupan mereka itulah semuanya jelas dan segalanya mungkin terjadi.
Mereka tidak takut untuk bermimpi, dan mendambakan segala yang mereka inginkan
terwujud dalam hidup mereka. Tapi, dengan berlalunya waktu, suatu daya
misterius mulai meyakinkan mereka bahwa mustahillah bagi mereka untuk
mewujudkan legenda pribadi mereka.
Dalam petualangan mewujudkan legenda
pribadinya itu, sang bocah bertemu dengan Malchizedek seorang raja dari negeri
Salem, seorang pedagang kristal, seorang berkebangsaan Inggris, seorang Fatima,
dan seorang alkemis. Meskipun terlihat berbeda, mereka itu pada dasarnya sama.
Sama-sama mengajari sang bocah untuk terus memperhatikan pertanda. Pertanda
yang mengarahkan sang bocah untuk memahami bahasa buana, sehingga ia bisa
mengikuti legenda pribadi sampai pada kesimpulannya.
Seperti halnya sang bocah, aku, mereka, dan kamu-kamu yang
sedang membaca tulisan ini juga memiliki legenda pribadi. Setiap orang memiliki
legenda pribadi masing-masing. Penting sekali bagi
orang itu untuk mengikuti legenda pribadinya masing-masing sampai ke kesimpulannya.
Legenda pribadi itulah alasan utamanya untuk hidup.
Dalam mewujudkan legenda pribadi, tidaklah
semudah membalikkan telapak tangan. Disana dibutuhkan banyak perjuangan dan
pengorbanan. Juga kesabaran! Seringkali dalam perjuangan itu kita akan dicoba.
Bahwa cobaan yang paling berat adalah munculnya sifat pesimis dan perasaan
takut gagal. Bila aku atau kamu-kamu berada pada titik kritis ini, ingatlah
selalu dua prinsip ini. “Bahwa saat kamu
menginginkan sesuatu, segenap alam semesta bersatu untuk membantumu meraihnya”
serta “Katakan pada hatimu bahwa takut
akan kegagalan itu lebih buruk daripada kegagalan itu sendiri”
Aku
tahu, bahwa kamu-kamu sedang dalam petualangan mewujudkan legenda pribadimu.
Demikian juga aku, dalam usaha mewujudkan apa yang menjadi legenda pribadiku.
Aku berdoa untuk kesuksesan kalian, sebagaimana halnya kalian juga mendo’akan
kesuksesanku. Terima kasih bagi kalian yang telah ikhlas hadir menjadi Malchizedek, pedagang Kristal, orang Inggris, Fatima, atau sang
alkemis dalam kehidupanku. Mengajarkan aku untuk berani bermimpi dalam upaya
mewujudkan legenda pribadi, serta meyakini bahwa semesta sedang berkonspirasi
untuk kebaikan ini.
thanx.
BalasHapusall the universe conspires in helping us to achieve what we want to be..!!!
Sejujurnya, cerita ini gak terlalu ngerti. Tapi oke kok! cuma gak mudeng aja novelnya. haha :p
BalasHapus