Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Man Proposes, God Disposes !

            Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah bisa hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan manusia yang lain. Aristoteles mengistilahkan keadaan ini dengan terminologi zoon politikon yang artinya manusia itu adalah makhluk sosial yang dikodratkan hidup dalam kebersamaan dengan sesamanya dalam tatanan masyarakat. kehidupan dalam kebersamaan itu berarti adanya hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Hubungan itu dapat berupa sebuah relasi atau interaksi.  Sebuah interaksi akan menghasilkan suatu menghasilkan sebuah umpan balik yang saling berlaku antara pihak-pihak yang melakukannya. Yang dimaksudkan dengan umpan balik disini adalah adanya kecenderungan pihak-pihak tertentu untuk mengikuti atau mengadopsi gaya hidup, karakter, kepribadian dan cara pandang pihak yang lain. Demikian juga dengan pihak yang lain, juga memiliki kecenderungan yang sama untuk meniru atau mengimitasi kebiasaan dan kepribadian yang kita milik...

Menjadi Tenaga Pengajar Itu Asyik !

Gambar
Apa yang terlintas di benak pembaca sekalian ketika mendengar atau membaca istilah tentang “tenaga pengajar”. Siapakah dia itu yang pantas menyandang gelar “pengajar”. Adakah dia itu guru di sekolah, guru ngaji di TPA, ustadz dan para da’i, dosen di kampus, tentor di bimbingan belajar, guru silat, pelatih sepakbola, pelatih bulu tangkis, pelatih bola voli dan pelatih beberapa cabang olahraga laiinya? Haruskah yang dikatakan “pengajar” itu mesti memiliki seragam yang khusus, harus memiliki instansi yang terakreditasi, serta haruskah dia itu seorang pegawai negeri? Istilah pengajar pasti sangat berkaitan dengan istilah belajar. Sedangkan terminasi belajar itu sendiri sangat berdekatan dengan kata pelajar. Kesimpulan dari silogisme ini adalah seorang pengajar itu, mesti dan harus dekat dengan para pelajar. Kedekatan disini tidak saja diartikan sebagai kedekatan fisik dalam proses interaksi yang disebut dengan kegiatan belajar mengajar. Kedekatan fisik memang perlu, namun kedekatan emos...

Dan Aku pun (Bisa Jadi) Pembohong

Hai kamu! Iya, kamu! Kamu yang sedang membaca tulisan ini, atau kamu yang sedang menanti tulisan ini dan tulisan-tulisanku berikutnya. Apa kabarmu disana? Aku harap kamu baik-baik saja dan semoga diberikan kesehatan yang prima sehingga selalu semangat menjalani hari. Maaf, tak banyak yang bisa aku berikan saat ini. Baik perhatian, maupun hal-hal yang dapat menyenangkanmu. Kamu tentu tahu, ada jarak yang membatasi sehingga diri ini tak mampu menyanggupi. Mungkin, kamu perlu tahu bahwa aku selalu menitipkan salam pada mentari pagi agar sinarnya mampu menghangatkanmu dari kerasnya hari. Di malam hari aku  juga meminta bintang dan sang rembulan untuk terus memancarkan cahayanya yang temaram agar dirimu tidak merasa sendirian dalam kesunyian. Kamu. Iya, kamu! Kamu yang bersama tulisan-tulisan selama ini menjadi penghubung cerita-cerita diantara kita. Kelihatannya asik juga ya bercerita lewat media? Ya, meskipun belum sekalipun kita bertatap muka. Kadang aku juga sempat bertanya-tan...